Koneksi Antar Materi 2.3 : COACHING
Oleh : Tri Maryono
A.
Pengertian Coaching dan Relevasinya dengan Pemikiran Ki
Hajar Dewantara
Coaching
adalah suatu proses di mana seorang pelatih (coach) bekerja dengan klien untuk
membantu mereka mencapai tujuan dan potensi yang lebih besar. Coaching
melibatkan dialog antara pelatih dan klien, di mana pelatih membantu klien
untuk mengeksplorasi dan memahami diri mereka sendiri, mengidentifikasi tujuan
dan ambisi, mengembangkan rencana tindakan yang konkrit, dan mengatasi hambatan
yang mungkin menghalangi mereka untuk mencapai tujuan mereka.
Relevansi
antara coaching dan pemikiran Ki Hajar Dewantara dapat ditemukan dalam
pandangannya tentang pendidikan. Ki Hajar Dewantara adalah seorang tokoh
pendidikan Indonesia yang memperjuangkan pendidikan yang berbasis pada potensi
dan keunikan individu, yang dikenal sebagai pendekatan "jiwa kreatif"
atau "ing ngarsa sung tuladha". Pendekatan ini bertujuan untuk
membebaskan individu dari pembelajaran yang monoton dan membosankan, dan
memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk mengembangkan potensi dan
kreativitas mereka.
Sama seperti
pendekatan Ki Hajar Dewantara dalam pendidikan, coaching juga berfokus pada
pengembangan individu secara holistik dan memperhatikan keunikan dan potensi
individu. Coaching membantu klien untuk mengeksplorasi dan memahami diri mereka
sendiri, dan memperkuat kemampuan mereka untuk mencapai tujuan dan potensi yang
lebih besar.
Selain itu,
coaching juga mencakup pemberian umpan balik dan dukungan moral yang positif
dari pelatih kepada klien mereka, yang serupa dengan konsep "didik dari
hati" yang diusung oleh Ki Hajar Dewantara. Pendekatan ini memperhatikan
aspek emosional dan psikologis dari individu, dan membantu mereka untuk
mencapai potensi penuh mereka dengan cara yang lebih humanis dan empatik.
Dalam
kesimpulannya, relevansi antara coaching dan pemikiran Ki Hajar Dewantara dapat
ditemukan dalam fokus mereka pada pengembangan individu secara holistik, dan
perhatian mereka pada keunikan dan potensi individu. Coaching juga mencakup
konsep pemberian umpan balik dan dukungan moral yang positif, yang serupa
dengan pendekatan "didik dari hati" Ki Hajar Dewantara.
Coaching merupakan proses
kolaborasi yang fokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis,
dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup,
pembelajaran diri dan pertumbuhan pribadi dari sang coachee.
Coaching merupakan salah satu
metode yang efektif untuk diterapkan dalam bidang pendidikan yang prosesnya
berpusat pada siswa. Dengan metode ini, pendidik dapat mendorong peserta didik
untuk menerapkan kemampuan komunikasi, kolaborasi, berpikir kreatif, Dalam
coaching ada proses menuntun yang dilakukan guru sebagai coach kepada murid
sebagai coachee untuk menenemukan kekuatan kodrat dan potensinya untuk bisa
hidup sesuai tuntutan alam dan zaman
Hal ini sejalan dengan pemikiran
sang Maestro Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara (KHD) dimana menurutnya
pendidikan itu adalah ada proses menuntun yang dilakukan guru untuk mengubah
prilaku murid sehingga dapat hidup sesuai kodratnya baik sebagai individu
maupun bagian dari masyarakat.
B.
Peran Guru dalam Coaching
Guru dapat
memainkan peran yang sangat penting dalam coaching, terutama dalam konteks
pendidikan. Sebagai pelatih, guru dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan
pendidikan mereka, memperkuat kemampuan mereka untuk belajar, dan membangun
rasa percaya diri dan motivasi mereka. Berikut adalah beberapa peran penting
yang dapat dimainkan guru dalam coaching:
Mendorong
siswa untuk mencapai tujuan: Guru dapat membantu siswa untuk mengidentifikasi
dan merumuskan tujuan belajar mereka, serta mengembangkan rencana tindakan
untuk mencapainya. Guru juga dapat memberikan umpan balik dan dukungan moral
yang positif untuk membantu siswa tetap termotivasi dan fokus pada tujuan
mereka.
Menjadi
pendengar aktif: Guru dapat menjadi pendengar yang aktif untuk siswa mereka,
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan perasaan, pemikiran, dan
ide-ide mereka. Hal ini membantu siswa merasa didengar dan diterima, dan
memperkuat hubungan antara guru dan siswa.
Membantu
siswa mengeksplorasi dan memahami diri mereka sendiri: Guru dapat membantu
siswa untuk mengeksplorasi dan memahami kekuatan, kelemahan, minat, dan nilai
mereka. Hal ini membantu siswa membangun rasa percaya diri dan motivasi, serta
membantu mereka dalam mengambil keputusan tentang karir dan kehidupan.
Memberikan
umpan balik yang konstruktif: Guru dapat memberikan umpan balik yang
konstruktif untuk membantu siswa memperbaiki keterampilan dan kemampuan mereka.
Umpan balik yang efektif harus jelas, spesifik, dan disampaikan dengan cara
yang positif dan memotivasi.
Membangun
hubungan yang positif dan mendukung: Guru dapat membangun hubungan yang positif
dan mendukung dengan siswa mereka, memperkuat rasa percaya diri dan motivasi
mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pengakuan, dukungan moral,
dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang berhubungan dengan
minat dan keahlian siswa.
Dalam
kesimpulannya, guru dapat memainkan peran yang sangat penting dalam coaching
siswa mereka. Dengan membantu siswa untuk mencapai tujuan mereka, memperkuat
kemampuan mereka untuk belajar, dan membangun rasa percaya diri dan motivasi
mereka, guru dapat membantu siswa menjadi versi terbaik dari diri mereka
sendiri.
Peran Guru sebagai coaching hendaknya
tidak mengajarkan atau menginstruksikan sesuatu, tidak juga memberikan saran
atau solusi secara langsung. Guru membantu peserta untuk belajar dan bertumbuh.
Bagaimana caranya? Yaitu dengan mengajukan pertanyaan. Tentu saja bukan sembarang
pertanyaan. Namun pertanyaan-pertanyaan yang dapat memicu kesadaran diri dan
memprovokasi tindakan kreatif, menciptakan suasana nyaman dan rasa percaya
untuk memberikan kebebasan dan kemerdekaan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk menjadi murid kuat secara kodrati, dengan
demikian diharapkan guru dapat menuntun peserta didik untuk menemukan solusi di
setiap permasalahan dan meraih prestasi terbaik dengan kekuatan yang
dimilikinya.
C.
Konektivitas
Coaching dengan Pembelajaran Berdiferensiasi dan Sosial Emosional.
Coaching dapat membantu mendukung pembelajaran
berdiferensiasi dengan mengidentifikasi kebutuhan dan kekuatan individu siswa.
Melalui coaching, guru dapat memperhatikan perbedaan dalam gaya belajar dan
kebutuhan siswa serta memberikan strategi dan dukungan yang sesuai untuk
membantu siswa mencapai potensi mereka. Coaching juga dapat membantu guru untuk
menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan memastikan bahwa setiap
siswa merasa didengar dan diterima.
Konektivitas Coaching dengan Sosial Emosional:
Coaching juga dapat membantu siswa
untuk memperkuat keterampilan sosial emosional mereka. Melalui coaching, guru
dapat membantu siswa untuk mengembangkan kepercayaan diri, mengelola emosi, dan
membangun hubungan sosial yang sehat. Coaching juga dapat membantu siswa untuk
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan mereka dalam hal sosial emosional dan
memberikan strategi dan dukungan yang sesuai untuk membantu mereka mencapai
keseimbangan sosial emosional yang sehat.
Dalam keseluruhan, coaching dapat
membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran mereka dengan
mengidentifikasi kebutuhan dan kekuatan individu siswa serta membantu mereka
untuk memperkuat keterampilan sosial emosional mereka. Hal ini memungkinkan
siswa untuk belajar dengan lebih efektif dan mencapai potensi mereka dengan
lebih baik, sambil juga membangun keterampilan sosial emosional yang penting
untuk sukses di dalam dan di luar kelas.
Sistem Among yang dianut Ki Hajar
Dewantara menjadikan guru dalam perannya bukan satu-satunya sumber pengetahuan
melainkan sebagai mitra peserta didik untuk melejitkan kodrat dan irodat yang
mereka miliki, apa yang dilakukan?, salah satunya adalah mengintegrasikan
pembelajaran berdifrensiasi kedalam pembelajaran, dimana pembelajaran harus
disesuaikan dengan minat, profil dan kesiapan belajar, sehingga pembelajaran
dapat mengakomodir kebutuhan individu peserta didik, dalam hal ini "KHD
mengibaratkan bahwa guru adalah petani, dan peserta didik adalah tanaman dan
setiap individu peserta didik adalah tanaman yang berbeda, jika tanaman padi
membutuhkan banyak air, tentu akan berbeda perlakuan terhadap tanaman jagung
yang justeru membutuhkan tempat yang kering untuk tumbuh dengan baik".
Selain itu pendekatan Sosial dan
Emosional dalam praktek coaching juga sangat diperlukan, Melalui
pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan guru, peserta didik akan
menemukan kedewasaan dalam proses berfikir melalui kesadaran dan pengelolaan
diri, sadar akan kekuatan dan kelemahan yang dimilkinya, mengambil prespektif
dari berbagai sudut pandang sehingga sesuatu yang menjadi keputusannya telah
didasarkan pada pertimbangan etika, norma sosial dan keselamatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar