1.1 Pendahuluan
Transistor
daya memiliki karakteristik kontrol untuk menyala dan mati. Transistor
digunakan sebagai elemen saklar, dioperasikan dalam wilayah saturasi,
menghasilkan dalam drop tegangan kondisi-ON yang rendah. Kecepatan pensaklaran
transistor modern lebih tinggi daripada thyristor dan transistor tersebut
sering dipakai dalam konverter DC-DC dan DC-AC, dengan diode terhubung paralel
terbalik untuk menghasilkan aliran arus
dua arah. Meskipun begitu, tingkat tegangan dan arusnya lebih rendah daripada
thyristor dan transistor secara normal digunakan dalam aplikasi daya randah
sampai menengah.
Pada
umumnya transistor berfungsi sebagai suatu switching (kontak on-off).
Adapun kerja transistor yang berfungsi sebagai switching ini, selalu
berada pada daerah jenuh (saturasi) dan daerah cut off.
1.2 Transistor Daya
Transistor
daya adalah perangkat yang terdiri dari tiga lapis N-P-N atau P-N-P seperti
ditunjukkan pada ganbar 1-1 dan 1-2. Prinsip kerjanya arus kolektor IC yang merupakan fungsi dan arus basis IB, perubahan pada arus basis
akan mengakibatkan perubahan yang telah dikuatkan pada arus kolektor pada
tegangan kolektor-emitor yang dikenakan padanya. Perbandingan kedua arus
tersebut antara 15 sampai 100. Simbol yang sesuai dengan gambar 1-1b,
karakteristik transistornya ditunjukkan pada gambar 1-4. dengan ragam yang sama
untuk perangkat lain, tegangan dadal akan dicapai bila tegangan yang
ditambahkan mencapai suatu batas. Tegangan balik kolektor-emitor yang dapat
menyebabkan dadal pada gandengan basis-emitor pada level rendah misalnya 10
volt, disini transistor tidak dapat bekerja pada mode reverse. Dapat ditambahkan dioda secara seri untuk memperbesar
kemampuan menahan tegangan balik (reverse).
Pada gambar 1-2, ditunjukkan transistor P-N-P
yang mempunyai karakteristik yang menyerupai transistor N-P-N, tapi arus dan tegangannya dalam arah kebalikannya.
Gambar
1-1 : N-P-N Transistor
(a) Struktur
(b) Simbol dan
Arah Arus
Dengan memanfaatkan karakteristik Transistor emitor bersama, pada kondisi saturasi (jenuh) dan keadaan cut-off (mati) maka transistor dapat dijadikan saklar dengan pemutus dan penyambungnya berupa (tegangan pada basisnya).
Perhatikan
rangkaian sebagai berikut :
Persamaan
transistor memberikan :
IC
= β IB …1)
|
β = penguatan transistor
dari
persamaan di atas, jika IB = 0 maka IC = 0
(transistor
tidak mengantarkan arus Ic, dengan kata lain posisi cut-off atau mati).
Dari rangkaian diatas diperoleh persamaan sebagai berikut :
Sedangkan
karakteristik keluaran transistor dan
garis beban adalah sebagai berikut :
Dari
gambar diatas, pada kondisi saturasi (jenuh) menaikkan IB tidak
dapat menaikkan IC. Selanjutnya, lihat IB5 ; IB6
menghasilkan IC yang sama dengan IC saturasi.
Pada
kondisi ini, diperoleh :
Artinya
arus besar, tegangan menuju nol (0).
Dapat
dikatakan hambatan pada CE, menuju nol
(sebagai saklar ON) jadi untuk membuat transistor berlaku sebagai saklar yang
ON, kita memberikan tegangan VB yang mengakibatkan transistor
saturasi.
Sedang
jika VB = 0 maka IB
= 0, dan Ic = 0 , lihat pers 1).
Maka
pada kondisi ini transistor pada kondisi tidak menghantarkan arus Ic sama
dengan kondisi saklar terbuka.
Lihat
gambar rangkaian berikut :
Gambar 1-6. Analogi Transistor sebagai saklar posisi OFF
Gambar 1-7. Hubungan antara Tegangan Input-Output
dari Rangkaian Saklar Transistor