16 April 2011

Menggagas Buku Pelajaran yang Mencerdaskan¨
(Yohanes Surya Ph.D)


Pendahuluan



Tahun 1988 ketika pertama kali menginjakan kaki di Physics Department College William and Mary untuk melanjutkan studi Master/Ph.D program yang saya cari adalah perpustakaan. Di perpustakaan jurusan fisika saya dihadapkan pada deretan buku-buku yang begitu banyak. Yang namanya buku fisika dasar, jumlahnya luar biasa banyak. Saya orangnya sangat hobi dengan buku, melihat buku yang demikian banyaknya, saya merasa sedang menikmati suatu pesta besar. Satu demi satu buku saya ambil, halaman demi halaman saya lihat dan baca sampai jauh tengah malam. Saya coba bandingkan isinya. Ada buku yang penjelasannya sederhana dan mudah dimengerti, tapi ada juga buku yang penjelasannya berbelit-belit sangat sulit dimengerti. Ada buku yang terfokus pada penyelesaian soal, penuh dengan rumus ada pula yang terfokus pada pembahasan konsep fisika saja. Ada yang menggunakan gambar-gambar lucu sebagai illustrasinya ada juga yang illustrasinya sangat kaku. Begitu bervariasi. Dari ratusan buku itu saya memilah-milah mana buku yang bagus dan yang dapat mendukung saya dalam perkulihan nanti. Buku-buku ini saya golongkan sebagai buku pelajaran yang mencerdaskan.


 

Dalam makalah ini saya ingin memberikan sedikit sharing apa pandangan saya tentang buku pelajaran yang mencerdaskan itu, khususnya buku-buku Fisika.

 
Buku yang mencerdaskan


  Buku yang mencerdaskan, saya bisa definisikan sebagai buku yang dapat mencerdaskan para pembacanya. Buku ini merupakan guru yang baik bagi siswa yang membacanya. Dapat memberikan inspirasi untuk menyelesaikan berbagai soal-soal dalam subyek yang dipelajarinya. Memberikan dorongan dan motivasi siswa untuk terus mempelajari dan mendalami subyek yang dipelajarinya. Mengembangkan kreatifitas para pembacanya. Serta memberikan inspirasi untuk pengembangan subyek ini ke depannya.


 

Beberapa unsur yang perlu dimiliki oleh buku yang saya anggap buku yang mencerdaskan adalah sebagai berikut (contoh-contoh saya ambil dari fisika):

 
  1. Menyajikan konsep secara sederhana dan mudah. Bahasa yang digunakan tidak berbelit-belit. Kalimat yang digunakan adalah kalimat sederhana, boleh dalam bentuk dialog jika diperlukan. Konsep diberikan secara bertahap satu demi satu sampai siswa paham. Misalnya, ketika membahas hukum Archimedes, kita tidak mulai dengan pernyataan hukum Archimedes "Suatu benda yang dicelupkan dalam air sebagian atau seluruhnya akan mendapat gaya ke atas sebesar berat zat cair yang dipindahkan". Tetapi kita mulai dulu dengan penjelasan apa itu gaya keatas, dilanjutkan dengan penjelasan berat zat cair yang dipindahkan, setelah itu baru bicara hukum Archimedes. Berikut ini penjelasan dalam bentuk dialog atau komik yang mudah dipahami siswa.
    Guru: anak-anak siapa suka berenang? (gambar guru sedang bicara)

    Anak: saya pak guru (gambar anak sedang angkat tangan sambil membayangkan sedang berenang)
    Guru: Apa yang kamu rasakan ketika berada dalam air?
    Anak: badan terasa lebih ringan pak, sepertinya ada yang mengangkat.
    Guru: betul, yang mengangkat itu adalah air. Gaya yang mengangkat ini disebut gaya angkat.
    Guru: Anak-anak saya pegang apa? (gambar tabung penuh air).
    Anak: tabung penuh air ...
    Guru: Kalau ini apa (gambar guru memegang batu)
    Anak: Batu pak guru
    Guru: betul, batu ini beratnya 9 newton. sekarang saya taruh batu kedalam tabung, apa yang terjadi?
    Anak: airnya tumpah pak guru....
    Guru: nah sekarang coba ukur berapa berat air yang tumpah ini.
    Anak: 3 newton pak guru.
    Guru: Sekarang timbang berat batu dalam air
    Anak: 6 newton pak..
    Guru: bagus... apa yang kamu simpulkan dari percobaan ini...
    Anak (berpikir): berat batu 9 newton, berat batu dalam air 6 newton, batu lebih ringan dalam air... berarti.....ada gaya ke atas...yang besarnya 9-6 = 3 newton. Aha.... saya tahu pak guru..
    Guru: bagaimana?
    Anak: begini pak guru gaya keatasnya 3 newton, gaya ini ternyata sama dengan berat air yang tumpah...
    Guru: tepat sekali.... Memang gaya keatas sama dengan berat air yang tumpah. Inilah yang disebut hukum Archimedes.
    Setelah dialog ini baru kita tulis hukum Archimedes dalam bentuk: "ketika benda dicelupkan dalam air, gaya keatas yang dialami benda sama dengan berat air yang tumpah". Kemudian kita jelaskan agar berlaku lebih umum maka hukum Archimedes dituliskan dalam bentuk: "Suatu benda yang dicelupkan dalam air sebagian atau seluruhnya akan mendapat gaya ke atas sebesar berat zat cair yang dipindahkan".
Dengan penjelasan ini siswa akan mengerti apa konsep gaya ke atas yang dimaksud dengan hukum Archimedes ini.
   
Atau untuk kecepatan, kita mulai dengan dialog berikut:
Gambar Anak: Pak, jarum speedometer mobil kita terus-menerus menunjuk angka 36 km/jam, apa sih artinya? (gambar anak dan ayahnya sedang naik mobil dan ada gambar insert speedometer).
Gambar Ayah: Wah pertanyaan yang bagus. 36 km/jam artinya dalam 1 jam kita menempuh jarak 36 km.
Gambar Anak: berarti dalam 2 jam, mobil kita menempuh jarak 72 km dong?
Gambar Ayah: betul, wah pintar sekali anak bapak.
(Setelah dialog, kita bisa masuk kedalam konsep apa arti laju dan kecepatan).

 
2. Meningkatkan kreatifitas siswa melalui pemahaman teori/konsep dasar. Memancing kreatifitas siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memancing. Misalnya: Pak Amat terjebak dalam suatu padang es. Ia ingin keluar dari padang es tersebut. Sebagai seorang fisikawan anda diminta untuk memberikan ide bagaimana pak Amat keluar dari padang es. Saya pernah melontarkan pertanyaan-pertanyaan seperti ini dalam berbagai seminar dan jawaban yang temui sangat bervariasi. Jawabannya kadang aneh namun sangat kreatif seperti ada yang menjawab, lemparkan saja topi yang dipakainya ke depan, ia pasti akan mundur ke belakang dan terus mundur hingga keluar dari padang es. Ada yang bilang "kentut saja". Ketika kita kentut kita mendapat gaya dorong ke belakang yang dapat membawa kita keluar dari padang es. Pertanyaan seperti ini akan meningkatkan kreatifitas siswa dan membantu siswa untuk memahami konsep fisika dengan baik.


 

3. Melatih kreatifitas melalui penerapan konsep atau percobaan-percobaan. Misalnya untuk memahami konsep perubahan zat dan perubahan titik beku, siswa diberikan es batu, benang dan garam. Siswa diminta untuk mengangkat es batu dengan benang tanpa menyentuhnya. Disini kita akan melihat bagaimana siswa tertantang untuk melakukan ini. Rasanya sulit dan tidak mungkin tetapi sebenarnya mudah, yaitu letakan benang diatas es batu, tutupi benang itu dengan garam, kemudian angkat. Atau kita bisa meminta siswa untuk mengukur panjang gelombang sinar laser dengan penggaris. Secara sepintas ini tidak mungkin, panjang gelombang sinar laser sangat kecil sekitar seper seratus ribu sentimeter, sedangkan penggaris ukurannya sentimeter. Tapi kalau siswa itu sudah belajar tentang difraksi, ia bisa gunakan konsep difraksi untuk melakukan percobaan ini.


 

4. Menggunakan alat bantu yang mudah dan sederhana. Dalam buku fisika kita gunakan alat bantu berupa matematika yang mudah dan sederhana. Dalam buku fisika, tidak perlu kita memberikan angka-angka yang rumit. Kita fokuskan pembahasan pada pemahaman konsep fisika dan penerapannya. Yang diuji bukanlah kemampuan menghitung matematikanya. Misalnya: "Seorang bersepeda menempuh jarak 4 meter tiap detiknya. Berapa jarak yang ditempuh benda dalam waktu 2 detik?". Soal ini lebih baik dibandingkan dengan soal "Seorang bersepeda menempuh jarak 3,53 meter tiap detiknya. Berapa jarak yang ditempuhnya dalam waktu 2,11 detik".

Namun perlu diperhatikan dalam pengambilan angka yang mudah ini, kita harus tetap beracuan pada konsep fisika yang benar. Misalnya jangan sampai ditulis percepatan gravitasi bumi 100 m/det2. Kalau angka-angka berupa desimal, kita boleh sederhanakan tetapi tetap menyebut bahwa angka sebenarnya sebagai pengetahuan.


 

5. Melibatkan siswa atau lingkungannya (contextual rich) pada berbagai soal-soal atau masalah. Dengan melakukan ini, kita mengajak siswa ke alam nyata. Kita tunjukkan bahwa apa yang sedang dipelajari ini bukanlah sesuatu yang mengawang-awang. Sangat membumi. Ini akan memudahkan siswa dalam visualisasi soal dan akan memotivasi siswa untuk belajar lebih jauh lagi. Dalam soal fisika hindari (jika mungkin) soal-soal dengan kalimat: "sebuah titik bergerak dengan kecepatan ..." Contoh:
  1. (Disarankan) Suatu hari Anda mengendarai sepeda dengan kecepatan cukup cepat 36 km/jam. Tiba-tiba Anda melihat seorang tua menyebrang jalan. Anda segera menghentikan sepeda Anda, dan beruntung, Anda mampu berhenti tepat didepan orang tua itu. Anda memperkirakan bahwa dari Anda mulai mengerem hingga sepeda berhenti dibutuhkan waktu sekitar 3 detik. Hitung berapa jarak yang ditempuh sepeda Anda selama pengereman ini.
  2. (kurang tepat) Suatu titik bergerak dengan kecepatan 36 km/jam. Titik diperlambat dan berhenti setelah 3 detik. Hitung jarak yang ditempuh titik itu selama perlambatan itu.

 

6. Membahas soal secara bertahap dari yang mudah (dari soal konsep) hingga soal-soal yang agak sulit. Soal disesuaikan dengan kemampuan siswa. Pada fisika SMA tidak perlu soal yang melibatkan differensial dan integral.
(Soal mudah)
Mobil seorang pembalap bergerak dengan kecepatan rata-rata 180 km/jam. Ini artinya dalam 1 jam mobil balap itu dapat menempuh jarak 360 km. Berapa jarak yang ditempuh dalam waktu 2 jam?
    (Soal menengah)

Mobil seorang pembalap bergerak dengan kecepatan rata-rata 180 km/jam. Berapa meter mobil itu bergerak dalam waktu 5 detik?
    
(Soal cukup sulit)
Mobil seorang pembalap sering dikendarai dengan kecepatan rata-rata 180 km/jam. Pada suatu kesempatan seorang pembalap menempuh seperempat perjalanan dengan kecepatan rata-ratan 200 km/jam. Berapa kecepatan rata-rata pembalap dalam sisa perjalanan agar kecepatan rata-ratanya 180 km/jam.

 

7. Didalamnya ada sejarah ditemukannya konsep yang dibahas. Pembahasan disajikan secara menarik dengan cara yang tidak membosankan. Sejarah ini akan memberikan inspirasi serta dorongan untuk mengembangkan diri lebih jauh lagi. Misalnya: sejarahnya Oersted menemukan konsep arus listrik yang menimbulkan medan magnet. Dimulai ketika ia memberikan kuliah, kemudian ia melihat bergeraknya jarum kompas ketika diletakkan dekat kawat berarus. Ini memberikan inspirasi pada Oersted bahwa arus dapat menimbulkan medan magnet. Penemuan ini akan memberikan inspirasi pada siswa kalau kita melihat sesuatu yang unik lalu mendalaminya, kita akan menemukan sesuatu yang berguna.

 
8. Menyajikan kisah hidup tokoh-tokoh yang berperan dalam pengembangan konsep itu. Kisah hidup tokoh fisika dapat memberikan inspirasi serta motivasi untuk terus belajar fisika. Misalnya ketika berbicara tentang hukum Newton, kita dapat menceritakan sejarah bagaimana pergumulan hidup Newton hingga menemukan teori gravitasi. Atau kerja keras dan tidak putus asanya Edison ketika melakukan percobaan dengan bohlam listrik.

 
9. Menyajikan aplikasi modern tentang konsep yang diberikan. Aplikasi modern ini akan membantu siswa melihat bahwa pelajaran yang dipelajarinya ini mempunyai arti penting juga dimasa mendatang. Misalnya ketika bicara tentang gerak, kita bisa cerita tentang kereta yang tercepat di dunia. Kemudian kita berikan pertanyaan pada siswa untuk mencari informasi ini dari luar misalnya, "bagaimana kereta maglev dapat bergerak cepat sekali?" Dalam buku ini kita menyadarkan siswa bahwa tanpa fisika tidak mungkin ada teknologi canggih ini.

 
10. Menyajikan aplikasi dalam kehidupan nyata. Disamping disajikan dalam soal-soal aplikasi nyata ini perlu diberikan agar siswa dapat menerapkan dalam hidupnya. Misalnya aplikasi inersia ketika mobil yang kita naiki tiba-tiba di rem. Kita ceritakan bagaimana dengan konsep ini kita dapat menjelaskan kenapa kita terdorong ke depan ketika mobil di rem. . Disini siswa akan melihat pentingnya fisika dalam kehidupan sehari-hari, dalam menjelaskan fenomena alam yang terjadi sehari-hari seperti hujan, pelangi dsb.

 
11. Memuat alamat web yang menarik yang berhubungan dengan topik yang dibahas. Web sudah menjadi kebutuhan siswa sekarang. Web membantu sekali para siswa mencari informasi tambahan dari topik yang dibahas. Kadang web dapat menjelaskan topik-topik dengan sangat menarik sehingga siswa akan lebih tertarik lagi pada fisika.

 
Kesimpulan

 
Ternyata ada banyak unsur yang perlu diperhatikan untuk menulis suatu buku yang mencerdaskan. Apa yang saya sarankan diatas mungkin dapat ditambah lagi atau disesuaikan dengan topik-topik yang akan ditulis. Kiranya kedepannya kita harapkan akan bermunculan para penulis kreatif yang dapat menulis buku-buku yang mencerdaskan bangsa kita.***

 

Tidak ada komentar: